Everything Happens for A Reason
Aku sering bertanya. Mengapa aku harus melalui semuanya? Sampai Tuhan memberikan akhir cerita. Yang membuatku tak bisa berhenti terpana. Atas rencana-Nya yang begitu luar biasa.
Sejak
di bangku SD sebenarnya aku sudah mulai menyadari kehadiran passion-ku. Tapi tetap saja aku sering
mengubah cita-cita selayaknya anak-anak. Aku pernah bercita-cita menjadi
arsitek, pramugari, bahkan sempat nyeletuk ingin jadi presiden. Tapi, karena
memenangkan Olimpiade Sains se-Bekasi di posisi kedua terbaik (dan nyaris masuk
semifinal nasional). Aku punya keinginan untuk menjadi seorang dokter, karena
merasa aku mungkin jenius di bidang Sains dan aku pun suka belajar IPA.
Saat
SMP, passion-ku tadi menggeliat, aku sempat agak terkenal di Facebook dalam suatu komunitas karena passion yang kujadikan hobi dan aku
publikasi di media sosial. Walaupun masih kalah dengan banyak orang yang
memiliki passion serupa di jagat
maya.
Menjelang
Sekolah Menengah Atas, aku semakin menyadari bahwa aku tidak se-capable itu untuk meneruskan pendidikan
ke arah profesi sebagai seorang Dokter. Baik dari segi financial keluarga, atau dari kepercayaan diri. Kalau aku yakin
pada kemampuanku saat itu. Aku mungkin akan berusaha mati-matian mencari scholarship, but I didn’t. Because I suddenly wanted to study graphic
designer or something. Tiba-tiba aja gitu pengen bisa buat animasi, kartun,
sejenisnya deh. Awalnya aku akan masuk SMK swasta dengan jurusan desain grafis,
namun ditentang keluarga besar yang tahu bahwa aku capable untuk masuk sekolah negeri favorit.
Itu sebabnya aku bisa masuk ke SMK Negeri 1 Kota Bekasi dengan jurusan IT, tepatnya Multimedia. Tiga tahun terlewati, belajar banyak hal di jurusan IT membuatku menyadari satu hal. “Gue salah jurusan. That’s not my world, my passion is too far away from this course. And I can’t enjoy this course.”
Ketika lulus dan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa anak SMK di tahun itu hanya boleh ikut SNMPTN dengan catatan satu jurusan dari pendidikan yang dia ambil sebelumnya. “Mati gue!” Jelas aku kehilangan kesempatan untuk lintas jurusan melalui dua kesempatan. Akhirnya, aku, dengan persiapan sangat amat kurang, nekat mengikuti SBMPTN untuk masuk ke Universitas Indonesia.
Aku yang ingin mengambil jurusan Sastra Indonesia dan Kebudayaan Korea (yang merupakan jurusan baru di UI pada tahun itu) ditentang orang tua habis-habisan. Mereka mengecamnya karena aku sudah melakukan kesalahan saat diberikan kesempatan memilih jurusan untuk SMK. Orang tua tidak ingin membiarkan aku kembali melakukan kesalahan yang sama. Ditambah, Bapak masih meragukan masa depanku jika aku mengambil kedua jurusan tadi.
“Mau makan apa kamu dari Sastra?” kata Bapak yang tak pernah aku lupa hingga sekarang. Sakit hati? Tentu. Tapi membantah orang tua itu haram hukumnya untukku.
Mengikuti saran orang tua, di SBMPTN UI aku mengambil jurusan Sastra Inggris dan Bisnis Islam. Passion-ku? Selamat tinggal. Entah mengapa aku meyakini bahwa ridho orang tua, merupakan jalan keridhoan Allah untukku. Meski itu harus membuatku mengurungkan harapan untuk bisa belajar hal yang aku suka dan masih sejalan dengan passion-ku.
Seperti yang sudah diduga. Aku gagal SBMPTN. Orang tua akhirnya menyarankanku untuk kuliah saja di Manajemen, kampusnya terserah aku. Aku di usia 18 tahun saat itu, hanya tahu dua jenis Manajemen: Keuangan dan SDM. Sialnya, aku tidak terlalu akrab dengan mereka berdua. Terpikirkan untuk jadi profesi pun sama sekali tidak. Aku masih ingin jadi dokter atau mengikuti passion untuk dijadikan karir.
Dalam kondisi kebingungan, datang perwakilan PTS ke sekolah dan memberikan buku masing-masing jurusan dengan prospek ke depannya. Di PTS tersebut terdapat Manajemen Bisnis Industri Kreatif dan memiliki prospek sebagai Event Organizer. Foila! Aku punya cita-cita baru dan itu sejalan dengan restu orang tuaku!
Dua tahun kuliah, dan fokus di pendidikan serta organisasi untuk menambah portfolio di bidang event organizer. Aku kembali menjalankan passion-ku dan mempublikasikannya di Wattpad. Meski aku ternyata sudah tertinggal jauh dengan cerita lain yang sudah best seller di toko buku bahkan naik ke layar lebar dan booming.
Selanjutnya, tentu kalian sudah tahu bagaimana galau, sedih, bingung dan putus asanya aku setelah kuliah selesai dan wisuda Desember 2018 lalu, di postingan-ku sebelum hari ini.
Tapi tepat di tanggal 9 Agustus 2019, aku officially menjadi seorang Rookie Story Writer di salah satu developer game terbesar di Indonesia. Sesuai dengan passion yang sejak lama Allah berikan padaku.
Allahuakbar! Allah menjawab semua kebingunganku atas hidup yang aku lalui, Allah akhirnya menyingkap tabir yang menutup alasan mengapa aku menjadi seorang kutu loncat jurusan & transformer cita-cita selama ini.
Allah … yang membuatku salah jurusan … yang membuatku menganggur nyaris satu tahun … yang mengirimku pergi ke Pare, Kediri … yang membuatku bisa pergi ke Bromo seorang diri … yang membuatku kini bekerja sesuai dengan apa yang aku suka … bekerja di kota yang membuatku jatuh cinta … berjuang seorang diri sebagai perantau seperti yang sering aku bayangkan.
Allah … menunjukkan keajaibannya yang luar biasa atas sedikitnya pengorbanan yang aku berikan untuk orang tua … atas sedikitnya ibadah yang aku lakukan sebagai seorang hamba … atas seringnya aku kufur nikmat … dan rajin merengek hanya di saat aku merasa nyaris berputus asa soal dunia.
Sampai detik ini, aku masih tidak bisa berhenti amazed atas takdir yang Allah ciptakan untukku. Seorang yang berani bermimpi, namun kurang percaya diri, lebih sering pasrah daripada berjuang sampai titik darah penghabisan.
Sejak saat ini, aku percaya, bahwa semua yang terjadi pada hidup kita (sekalipun itu buruk) pasti ada alasannya. Dan alasannya adalah untuk kebahagiaan kita. Untuk akhir yang indah.
If your business doesn’t happy end, then your business doesn’t end. It’s true, Man!

Aku berharap , aku bisa sepertimu. Tapi jalan orang berbeda beda. Aku percaya, aku akan menemukan hal yang aku cari selama ini. Thanks untuk share pengalamannya.
BalasHapus'If business doesn’t happy end, then your business doesn’t end. It’s true, Man!' love it!
My pleasure. Semangat! ^^
Hapus