Bola saljuku, hancur....
Aku ... tentu pernah terluka, oleh banyak rupa.
Tapi, rasanya yang lalu sudah bukan apa-apa.
Aku berhasil di sini sekarang, lebih dewasa.
Hidupku, baik-baik saja.
Terlalu, baik-baik saja.
Impian baru terajut.
Mulai kurapal bagai mantra setiap sujud.
Aku bilang ini dan itu, pada Tuhanku.
Aku minta ini dan itu, pada-Nya.
Semua yang kutahu untuk kebahagiaan dunia.
Keluargaku terutama.
Aku dan anganku....
Bagai bola salju yang terus menggelinding turun.
Besar ... semakin membesar....
Ketika bola saljuku hampir sampai di tujuan.
Hujan mengguyurnya.
Bukan ... badai lebih tepatnya.
Aku tak pernah menyiapkan kedatangannya.
Mengira pun tidak.
Bola saljuku hancur.
Luluh lantak.
Yang tersisa, hanya salju berserakan.
Perlahan berubah wujudnya.
Menjadi air yang mengalir deras.
Saking derasnya,
aku bahkan tak tahu cara menghentikannya.
Memang,
sudah bukan hal baru ketika perih terasa.
Namun saat asalnya dari harapan yang terlanjur membumbung luarbiasa.
Sakitnya pun tak terkira....
Dasar, bodoh.
Sebenarnya aku tahu,
kalau mungkin ini cara Tuhan menjawab doaku.
Tapi...
Terlalu tiba-tiba.
Di luar rencana.
Hingga aku merasa tak tahu harus bagaimana.
Aku ... rupanya belum dewasa.
Bahkan luka seperti ini saja.
Membuatku seakan tak berdaya.
Wahai, Tuhan.
Entah apa rencana-Mu sekarang.
Tapi, tolong ... kuatkanlah.
Lapangkanlah.
Harapan yang berserakan itu,
kini menyerang hatiku dari berbagai arah.
Marah, darah, gelisah....
Aku tak tahu bagaimana cara menghadapinya.
Kuharap, aku bisa segera ... melaluinya.
Kuharap, esok yang lebih baik, segera menyapa.
Aamiin.
Tapi, rasanya yang lalu sudah bukan apa-apa.
Aku berhasil di sini sekarang, lebih dewasa.
Hidupku, baik-baik saja.
Terlalu, baik-baik saja.
Impian baru terajut.
Mulai kurapal bagai mantra setiap sujud.
Aku bilang ini dan itu, pada Tuhanku.
Aku minta ini dan itu, pada-Nya.
Semua yang kutahu untuk kebahagiaan dunia.
Keluargaku terutama.
Aku dan anganku....
Bagai bola salju yang terus menggelinding turun.
Besar ... semakin membesar....
Ketika bola saljuku hampir sampai di tujuan.
Hujan mengguyurnya.
Bukan ... badai lebih tepatnya.
Aku tak pernah menyiapkan kedatangannya.
Mengira pun tidak.
Bola saljuku hancur.
Luluh lantak.
Yang tersisa, hanya salju berserakan.
Perlahan berubah wujudnya.
Menjadi air yang mengalir deras.
Saking derasnya,
aku bahkan tak tahu cara menghentikannya.
Memang,
sudah bukan hal baru ketika perih terasa.
Namun saat asalnya dari harapan yang terlanjur membumbung luarbiasa.
Sakitnya pun tak terkira....
Dasar, bodoh.
Sebenarnya aku tahu,
kalau mungkin ini cara Tuhan menjawab doaku.
Tapi...
Terlalu tiba-tiba.
Di luar rencana.
Hingga aku merasa tak tahu harus bagaimana.
Aku ... rupanya belum dewasa.
Bahkan luka seperti ini saja.
Membuatku seakan tak berdaya.
Wahai, Tuhan.
Entah apa rencana-Mu sekarang.
Tapi, tolong ... kuatkanlah.
Lapangkanlah.
Harapan yang berserakan itu,
kini menyerang hatiku dari berbagai arah.
Marah, darah, gelisah....
Aku tak tahu bagaimana cara menghadapinya.
Kuharap, aku bisa segera ... melaluinya.
Kuharap, esok yang lebih baik, segera menyapa.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar